Kejujuran
Oleh: Albert Hendra Wijaya
Arti jujur
Jujur jika diartikan secara baku adalah "mengakui, berkata atau
memberikan suatu informasi yang sesuai kenyataan dan kebenaran". Dalam
praktek dan penerapannya, secara hukum tingkat kejujuran seseorang
biasanya dinilai dari ketepatan pengakuan atau apa yang dibicarakan
seseorang dengan kebenaran dan kenyataan yang terjadi. Bila berpatokan
pada arti kata yang baku dan harafiah maka jika seseorang berkata tidak
sesuai dengan kebenaran dan kenyataan atau tidak mengakui suatu hal
sesuai yang sebenarnya, orang tersebut sudah dapat dianggap atau dinilai
tidak jujur, menipu, mungkir, berbohong, munafik atau lainnya.
Kenapa harus jujur?
Saya sering mendengar orang tua menasehati anak supaya harus menjadi
orang yang jujur. Dalam mendidik dan memotivasi supaya seorang anak
menjadi orang yang jujur, kerap kali dikemukakan bahwa menjadi orang
jujur itu sangat baik, akan dipercaya orang, akan disayang orang tua,
dan bahkan mungkin sering dikatakan bahwa kalau jujur akan
disayang/dikasihi oleh Tuhan. Tapi setelah mencoba merenungkan dan
menyelami permasalahan kejujuran ini, saya masih merasa tidak mengerti:
"Kenapa jadi orang harus jujur?"
Umumnya jawaban yang saya dapat adalah bahwa kejujuran adalah hal yang
sangat baik dan positif, dan kadang saya juga mendapat jawaban bahwa
"Pokoknya jadi orang harus jujur!"
Jawaban-jawaban tersebut sampai saat ini memang sudah saya anggap
"benar", tapi saya masih selalu tergelitik untuk terus mempertanyakan:
"Kenapa orang harus jujur? Apakah baik dan positifnya? Lalu bagaimana
juga jika dikaitkan dengan proses Siu Tao ( ) kita?"
Bagaimana bersikap jujur
Selain pertanyaan - pertanyaan diatas, selanjutnya dalam benak saya
timbul pertanyaan: " Bagaimanakah kejujuran itu dapat dipraktekkan dalam
sehari-hari, serta bagaimanakah sikap kita sebagai (dibaca: agar dapat
menjadi) seorang Tao Yu ( ) yang jujur?"
- Apakah kita sama sekali tidak boleh berbohong?
- Dan mungkinkah kita selalu jujur dalam kehidupan sehari-hari ini?
- Ataukah masih ada toleransi bagi kita untuk berbohong dalam hal-hal tertentu atau demi kepentingan tertentu?
Contoh yang "Lucu" (dibaca: tidak jujur)
Dalam kehidupan sehari-hari, saya sering melihat (bahkan juga ikut terlibat) dalam berbagai macam bentuk aktivitas interaksi sosial dimasyarakat, yang justru kebanyakannya adalah wujud realisasi dari sikap tidak jujur dalam skala yang sangat bervariasi, seperti:
Sering terjadi, orang tua bereaksi spontan saat melihat anaknya terjatuh dan berkata "Oh, tidak apa-apa! Anak pintar, enggak sakit, kok! Jangan nangis, yach!".
Menurut saya, dalam hal ini secara tidak langsung si-anak diajarkan dan dilatih kemampuan untuk dapat "berbohong", menutup-nutupi perasaannya (sakit) hanya karena suatu kepentingan (supaya tidak menangis).
Selain itu saya juga sering melihat dan mengalami kejadian seperti: Saat seseorang bertamu kerumah orang lain, ketika ditanya: " Sudah makan, belum?", walaupun saya yakin tawaran sang tuan rumah "serius" biasanya dengan cepat saya akan menjawab "Oh, sudah!! Kita baru saja makan ", padahal sebenarnya saya belum makan.
Dalam lingkungan usaha / dagang, kejujuran sering disebut-sebut sebagai modal yang penting untuk mendapatkan kepercayaan. Akan tetapi sangat kontroversial dan lucunya kok dalam setiap transaksi dagang itulah justru banyak sekali kebohongan yang terjadi. Sebuah contoh saja: penjual yang mengatakan bahwa dia menjual barang "tanpa untung" atau "bahkan rugi" hampir bisa diyakini pasti bohong
0 komentar:
Posting Komentar